GEBER(Gerak Bersama) Pembelajaran Berdiferensiasi Dan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) Di Konsentrasi Keahlian Perhotelan

 

1. LATAR BELAKANG

“Pembelajaran Berdiferensiasi: Menyesuaikan Pembelajaran untuk Setiap Individu”

Apa itu pembelajaran berdiferensiasi? Ini adalah strategi pembelajaran yang memungkinkan setiap siswa belajar dengan cara yang paling efektif bagi mereka. Kami menyesuaikan materi pelajaran, aktivitas pembelajaran, dan penilaian untuk memenuhi kebutuhan, minat, dan kemampuan setiap siswa.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan inovatif yang kami terapkan pada mata pelajaran konsentrasimkeahlian perhotelan. Dalam model pembelajaran ini, kami tidak hanya fokus pada satu metode pengajaran yang sama untuk semua siswa. Sebaliknya, kami merancang pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu setiap siswa.

Dengan memberikan berbagai pilihan dalam materi, aktivitas, dan produk akhir, kami memungkinkan siswa untuk belajar dengan cara yang paling efektif bagi mereka. Tujuan kami adalah menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan memberdayakan setiap siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif dan mandiri.

Bagaimana kami melakukannya?

  • Mengenal siswa: Kami memulai dengan mengenal setiap siswa secara mendalam. Melalui berbagai asesmen, kami mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, minat, dan gaya belajar mereka.
  • Membuat rencana pembelajaran yang fleksibel: Berdasarkan data yang kami peroleh, kami merancang rencana pembelajaran yang bervariasi. Materi pelajaran disajikan dalam berbagai format (teks, gambar, video, audio), aktivitas pembelajaran dibuat dengan tingkat kesulitan yang berbeda, dan penilaian pun disesuaikan dengan kemampuan siswa.
  • Memberikan pilihan: Siswa diberikan pilihan dalam memilih tugas, proyek, atau cara mempresentasikan hasil belajar mereka. Hal ini memungkinkan mereka untuk menunjukkan pemahaman mereka dengan cara yang paling sesuai dengan gaya belajar mereka.
  • Memberikan umpan balik yang konstruktif: Kami memberikan umpan balik yang spesifik dan berfokus pada perkembangan siswa. Umpan balik ini membantu siswa memahami kekuatan dan kelemahan mereka serta menetapkan tujuan pembelajaran selanjutnya.

Mengapa pembelajaran berdiferensiasi penting?

  • Meningkatkan motivasi belajar: Ketika siswa merasa bahwa pembelajaran dirancang khusus untuk mereka, mereka cenderung lebih termotivasi dan terlibat dalam proses belajar.
  • Meningkatkan prestasi: Dengan pembelajaran yang disesuaikan, siswa dapat lebih mudah memahami materi pelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
  • Mengembangkan keterampilan abad 21: Pembelajaran berdiferensiasi mendorong siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, komunikasi, dan kolaborasi yang sangat dibutuhkan di abad ke-21.
  • Membentuk karakter: Pembelajaran berdiferensiasi mengajarkan siswa untuk bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri, menjadi pembelajar mandiri, dan menghargai perbedaan individu.

Opsi 2: Narasi yang Menekankan Manfaat bagi Siswa dan Sekolah

“Memberdayakan Setiap Siswa untuk Berkembang”

Dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, [Nama Sekolah] berkomitmen untuk memberikan pendidikan yang berkualitas dan relevan bagi setiap siswa. Kami percaya bahwa setiap siswa memiliki potensi yang luar biasa, dan tugas kami adalah membantu mereka mencapai potensi tersebut.

Manfaat pembelajaran berdiferensiasi bagi siswa:

  • Belajar lebih menyenangkan: Pembelajaran menjadi lebih menarik dan relevan karena disesuaikan dengan minat dan gaya belajar siswa.
  • Meningkatkan kepercayaan diri: Siswa merasa lebih percaya diri karena mereka tahu bahwa mereka mampu mencapai kesuksesan.
  • Mengembangkan keterampilan yang relevan: Siswa mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses di dunia yang terus berubah.

Manfaat pembelajaran berdiferensiasi bagi sekolah:

  • Meningkatkan prestasi siswa: Hasil belajar siswa secara keseluruhan meningkat.
  • Menciptakan lingkungan belajar yang positif: Siswa merasa lebih termotivasi dan terlibat dalam proses belajar.
  • Mempersiapkan siswa untuk masa depan: Siswa menjadi lebih siap untuk menghadapi tantangan di perguruan tinggi dan dunia kerja.

Budaya positif adalah keyakinan dan nilai yang disepakati yang menjadi kebiasaan bersama yang akan dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi suatu pembiasaan. Selama ini kesadaran akan penerapan disiplin masih berdasarkan motivasi ekstrinsik, dimana pembiasaan positif yang diterapkan bukan disiplin positif, namun masih menganut hadiah dan hukuman. Tanpa adanya budaya positif maka akan sulit melakukan pendidikan karakter bagi peserta didik. Pembiasaan yang positif diawali dari diri sendiri dan lingkungan rumah. Bagaimana membangun budaya positif di sekolah? Pembiasaan kata kuncinya. Sekolah sebagai institusi pendidikan wajib hukumnya menyemai bibit-bibit kebudayaan ini. Sekolah bertanggungjawab penuh mewujudkan apa yang dimaksud dengan pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara. Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Budaya positif di sekolah tentu saja akan mendukung terbentuknya budaya belajar di sekolah. Norma-norma baik yang disuntikkan guru kepada murid akan semakin menguatkan, mengokohkan kepribadian murid sehingga murid tidak saja cerdas secara akademik tetapi juga santun secara moral. Dengan demikian, Profil Pelajar Pancasila (PPP) yang diidam-idamkan bisa diwujudkan. Pelajar yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif. Upaya mewujudkan budaya positif menjadi bagian dari visi guru penggerak, semua peran itu dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak. Sama dengan membangun dan mengembangkan budaya positif sekolah. Tidak bisa ditempuh secara individu, perlu berkolaborasi. Siswa, guru, manajemen sekolah, karyawan, orang tua semua harus terlibat. Guru-guru sebagai pemegang posisi penting dalam membangun budaya positif bisa memulainya dari ruang kelas mereka. Membangun kesepakatan kelas, keyakinan kelas akan hal-hal positif yang bisa ditumbuhkan sehingga pembelajaran yang mereka dapatkan benar-benar memerdekakan. Sekolah sebagai ekosistem pendidikan yang ramah anak dan ramah lingkungan benar-benar dapat diwujudkan.

Pengertian Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)
Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah Pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan
pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

Tujuan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)
1. Memahami, menghayati dan mengelola emosi (kesadaran diri)
2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif (manajemen diri)
3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun
relasi)
5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang
bertanggung jawab)

1. DESKRIPSI AKSI NYATA

2. Tujuan

• Mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada siswa

• Menumbuhkan budaya positif di kelas dan di sekolah melalui kesepakatan kelas.

• Menumbuhkan karakter profil pelajar Pancasila (beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif).

2. Tolak Ukur
• Terwujudkan pembelajaran yang berpihak pada siswa
• Terwujudkan keyakinan kelas melalui kesepakatan kelas
• Tumbuhnya karakter beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif.
3. Lini Masa Tindakan

Kegiatan Waktu

 

4. Dukungan yang di butuhkan
• Kepala Sekolah dan rekan sejawat
• Siswa
• Orang tua siswa
• Sarana dan prasarana

1. PELAKSANAAN AKSI NYATA
• Membuat perencanaan dan koordinasi dengan Kepala Program Keahalian Kompetensi Perhotelan tentang sosialisasi modul 1.1 tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara dan modul 1.4 tentang Budaya Positif.
• Melaksanakan sosialisasi di Kompetensi Perhotelan diikuti oleh semua guru produktif perhotelan semua jenjang.
• Melaksanakan aksi nyata membuat kesepakatan kelas di kelas 10-11 perhotelan, siswa menulis kesepakatan dan di komunikasikan dengan guru, selanjutnya didiskusikan bersama di kelas. Kesepakatan yang di tulis di tempelkan pada kertas yang sudah disediakan guru. Kesepakatan kelas di jadikan keyakinan kelas.
• Uraian kesepakatan antara lain :
• Kami saling menghormati
• Kami saling menyayangi
• Kami aktif dalam pembelajaran
• Kami menyelesaikan tugas tepat waktu
• Kami menjaga kebersihan kelas
• Kami semangat dalam pembelajaran
• Kami taat aturan sekolah
• Menguatkan karakter mandiri dari pembiasaan literasi.
• Menguatkan karakter gotong royong dan peduli dari kegiatan kebersihan kelas.
• Menguatkan karakter tanggung jawab dengan mentaati aturan sekolah, datang tepat waktu, berpakaian rapi, profil Whatsapp berseragam dan di beri nama

Implementasi Kompetensi Sosial dan Emosional
1. Pengajaran KSE secara eksplisit
Murid secara khusus memiliki kesempatan untuk menumbuhkan, melatih, dan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan selaras dengan perkembangan budaya
2. Integrasi KSE dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik
Tujuan KSE diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, musik, seni, dan pendidikan jasmani.
3. Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah
Lingkungan belajar di seluruh sekolah dan kelas mendukung pengembangan kompetensi sosial dan emosional, responsif secara budaya, dan berfokus pada upaya membangun hubungan dan komunitas

1. PEMBELAJARAN YANG DI DAPAT DARI PELAKSANAAN
• Kesepakatan kelas akan menjadi keyakinan kelas dan menjadi motivasi instrinsik atau muncul dari diri siswa dalam menerapkan budaya positif.
• Adanya dukungan dari sekolah dalam pembiasaan pembentukan karakter siswa.
• Disiplin positif mulai tertanam pada diri siswa.
• Melalui pembelajaran yang berpihak pada siswa, menumbuhkan budaya positif bernalar kritis dan kreatif.
• Adanya inovasi yang menjadi prestasi siswa

1. REFLEKSI
• Memunculkan motivasi instrinsik membutuhkan proses yang berkelanjutan
• Dengan kesepakatan kelas siswa lebih bertanggung jawab dalam pelaksanaan budaya positif.
• Pendidikan dan pengajaran yang berpihak pada anak melalui proses menuntun segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan melalui budaya positif, pembelajaran yang menarik akan menumbuhkan karakter positif bagi siswa.
• Guru berusaha memiliki posisi kontrol sebagai manager

1. EVALUASI
• Namun dalam praktek langsung ada sedikit hambatan karena masih terbawa konsep lama dan kata-kata yang diungkapkan belum sepenuhnya bersikap seperti manager.
• Harapan kedepan sebagai guru harus cepat tanggap dan berusaha menjadi manager dalam menuntun anak dalam budaya positif.
• Perlu peningkatan kolaborasi dengan rekan sejawat agar kesepakatan kelas benar-benar dapat di laksanakan di semua kelas, sehingga budaya positif melalui kesepakatan kelas dapat terwujud di sekolah.
• Pembiasaan disiplin positif yang sudah ada di sekolah perlu dukungan berkelanjutan agar terbentuk karakter positif dan visi impian mewujudkan siswa dengan profil pelajar Pancasila tercapai.

1. DOKUMENTASI KEGIATAN
SELENGKAPNYA:

Materi kegiatan

 

Materi Power Point Budaya Positif Dan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)

https://www.canva.com/design/DAGPtxv8ykM/g6ItFetTmoUOFbOwWHdw8w/edit?utm_content=DAGPtxv8ykM&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=sharebutton

https://www.canva.com/design/DAGO6RW7-ik/nzcJtf-2nTsMFJJDbacXcA/edit?utm_content=DAGO6RW7-ik&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=sharebutton
https://guru.kemdikbud.go.id/bukti-karya/video/780936

 

 

Laporan Kegiatan Aksi Nyata Pembelajaran Berdiferensiasi Dan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) Di Konsentrasi Keahlian Perhotelan